Pengaruh Pergaulan Bebas Terhadap Mental Health Mahasiswa

Mental Health Mahasiswa

Modernis.co, Jakarta – Pergaulan bebas di kalangan mahasiswa kini telah menjadi masalah yang serius. Lingkungan pergaulan memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian dan juga kesehatan mental mahasiswa. Banyaknya kasus kesehatan mental mahasiswa di Indonesia akhir-akhir ini menjadi perhatian masyarakat Indonesia.

Mahasiswa yang sejatinya merupakan generasi penerus bangsa yang seharusnya mampu menjadi harapan bangsa semestinya memiliki kepribadian dan kesehatan mental yang baik. Pergaulan bebas, yang ditandai dengan perilaku yang melibatkan konsumsi alkohol berlebihan, penyalahgunaan narkoba, dan aktivitas seksual yang tidak aman, telah menjadi isu yang semakin penting di kalangan mahasiswa.

Pergaulan bebas dapat meningkatkan risiko gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat. Lingkungan sosial yang tidak terkendali dan tekanan sosial yang terkait dengan pergaulan bebas dapat menyebabkan penurunan kesehatan mental mahasiswa.

Faktor risiko seperti stres akademik, tekanan teman sebaya, dan kesepian juga berkontribusi terhadap dampak negatif pergaulan bebas terhadap kesehatan mental mahasiswa. Namun, perlu diketahui bahwa tidak semua pergaulan bebas itu negatif.

Beberapa implikasi positif, seperti pengembangan keterampilan sosial, peningkatan keterikatan sosial, dan pengalaman pertumbuhan pribadi yang membantu siswa mengembangkan potensinya. Faktor protektif seperti dukungan sosial yang kuat, mencontohkan perilaku sehat, dan partisipasi dalam aktivitas yang memberikan sense of purpose juga dapat mempengaruhi kesehatan mental siswa yang terlibat pergaulan bebas. Pendekatan yang dapat digunakan untuk mengatasi hal ini yaitu, dengan menggunakan pendekatan holistik dan terpadu.

Upaya pencegahan yang melibatkan pendidikan kesehatan jiwa, memilih lingkungan sosial yang sehat dan inklusif, menyediakan sumber daya dan dukungan yang memadai, serta pemahaman tentang self-awareness yang dapat membantu mahasiswa meregulasi diri, harus ditingkatkan.

Selain itu, menghilangkan stigma yang terkait dengan masalah kesehatan mental  dan memperkuat dukungan sosial dan kepedulian terhadap kesehatan mental, juga merupakan faktor penting dalam mempromosikan kesehatan mental yang optimal di kalangan mahasiswa.

Kesehatan mental mahasiswa menjadi isu yang semakin mendapatkan perhatian. Tuntutan akademik yang tinggi, tekanan sosial, dan transisi kehidupan yang kompleks menjadikan mahasiswa rentan terhadap masalah kesehatan mental. Dalam konteks ini, salah satu faktor yang memiliki pengaruh signifikan adalah pergaulan yang mereka alami selama masa kuliah. 

Pergaulan merupakan bagian integral dari kehidupan mahasiswa. Selama masa perkuliahan, mereka berada dalam lingkungan yang penuh dengan peluang untuk menjalin hubungan sosial, mengembangkan minat baru, dan mengalami pertumbuhan pribadi. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fenomena pergaulan bebas di kalangan mahasiswa telah menjadi perhatian utama di berbagai kampus di seluruh dunia.

Lukman,A.D.R.S. (2020:2) menyebutkan bahwa pergaulan bebas, yang ditandai dengan perilaku yang melibatkan konsumsi alkohol berlebihan, penyalahgunaan narkoba, dan aktivitas seksual yang tidak aman, dapat memiliki dampak yang merugikan pada kesehatan mental mahasiswa.

Gangguan mental seperti depresi, kecemasan, dan penyalahgunaan zat dapat berkembang sebagai hasil dari pergaulan bebas yang tidak terkendali.

Selain itu, pergaulan bebas sering kali dikaitkan dengan tekanan sosial, rendahnya harga diri, isolasi, dan risiko perilaku berbahaya lainnya yang dapat memperburuk kesehatan mental mahasiswa. Namun, perlu diakui bahwa tidak semua pergaulan bebas berdampak negatif pada kesehatan mental mahasiswa.

Beberapa penelitian juga menunjukkan implikasi positif dari pergaulan, seperti peningkatan keterampilan sosial, rasa keterikatan dengan teman , dan pengalaman baru yang memperluas pandangan dunia. Oleh karena itu, penting  memahami secara holistik pengaruh pergaulan bebas terhadap kesehatan mental mahasiswa, termasuk aspek negatif dan positifnya.

Melalui analisis ini, diharapkan bisa mengeksplorasi dampak pergaulan bebas terhadap kesehatan mental mahasiswa. Kami akan menganalisis bukti-bukti yang ada, mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang terkait dengan pergaulan bebas, dan menyoroti implikasi penting dari temuan tersebut.

Sehingga dengan pengetahuan dan  pemahaman yang lebih  tentang pengaruh pergaulan bebas, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan strategi dan intervensi yang tepat untuk mendukung kesehatan mental mahasiswa dan memilih  lingkungan pergaulan yang sehat dan aman.

Perlu ditekankan bahwa artikel ini bertujuan untuk memberikan wawasan yang komprehensif dan objektif mengenai pengaruh pergaulan bebas terhadap kesehatan mental mahasiswa. Dengan memahami permasalahan ini dengan lebih baik, mahasiswa diharapkan dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan kesejahteraan dan perkembangan holistik  di tengah tantangan pergaulan yang dihadapi.

Pemahaman Lingkungan Pergaulan Bebas Mahasiswa

Nadirah (2018: 312) menyebutkan pergaulan bebas merupakan salah satu bentuk perilaku menyimpang, yang mana “bebas” yang dimaksud merupakan  melewati batas-batas norma yang ada. Masalah pergaulan bebas ini sering kali didengar baik di lingkungan maupun dari media massa yang kerap kali menyasar usia remaja.

Remaja kerap kali diasosiasikan sebagai masa peralihan yang sangat rentan terhadap ketidakstabilan emosi, hingga sulitnya mengontrol diri. Arus perubahan zaman yang sangat memiliki dampak besar merupakan tantangan utama remaja untuk menyesuaikan diri di era globalisasi ini.

Salah satunya ialah maraknya kasus dari pergaulan bebas remaja seperti seks pranikah hingga kasus bunuh diri. Kasus-kasus tersebut terjadi didorong oleh beberapa faktor seperti dukungan keluarga, lingkungan pergaulan, rendahnya efikasi diri, hingga kurangnya edukasi. 

Pada lingkup perkuliahan, mahasiswa menjadi sasaran utama banyaknya kasus kehamilan dini hingga bunuh diri. Hal ini disebabkan oleh luasnya lingkup pergaulan di dunia perkuliahan, ditambah kurangnya edukasi serta kontrol diri pada remaja menyebabkan pergaulan menjadi tak terarah dengan baik yang akan menjerumuskan mahasiswa ke pergaulan bebas. 

Terdapat banyak sebab mahasiswa melakukan pergaulan bebas. Penyebab tiap mahasiswa mungkin berbeda tetapi semuanya berakar dari penyebab utama yaitu kurangnya  regulasi diri. Regulasi diri yang baik akan membantu mahasiswa untuk memenuhi tuntutan-tuntutan yang dihadapinya.

Rochimah, F.A (2018:2) menjelaskan bahwa regulasi diri merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol terhadap emosi dan perilakunya di situasi apapun secara mandiri. Mahasiswa diminta untuk bisa melakukan regulasi diri karena regulasi diri karena regulasi diri berkaitan terhadap Kesehatan mental mahasiswa.

Tanpa adanya regulasi diri, mahasiswa akan kesulitan untuk mengontrol dan mengatur emosi, perilaku, dan tingkah lakunya. Ketidakmampuan mahasiswa untuk melakukan regulasi diri akan mengakibatkan terganggunya kesehatan mentalnya karena tidak mampu mengontrol diri di situasi tertentu. 

Lingkungan pergaulan mahasiswa dapat memberikan pengaruh yang kuat terhadap perilaku dan pola pikir seseorang. Mahasiswa perlu menyadari pengaruh tersebut dan mempertimbangkan dampaknya terhadap nilai-nilai,tujuan,dan kesejahteraan pribadi mahasiswa.

Pergaulan bebas mahasiswa merujuk pada kebebasan individu mahasiswa dalam menjalin hubungan sosial dan kehidupan sehari-hari tanpa batasan yang ketat. Hubungan dalam konteks tersebut, mahasiswa memiliki kebebasan untuk memilih teman,berpartisipasi dalam kegiatan di kampus,dan mengeksplorasi minat dan bakat mereka.

Meskipun, pergaulan bebas mahasiswa dapat memberikan kesempatan untuk pengembangan sosial dan kemandirian, perlu untuk diingat bahwa kebebasan tersebut harus diimbangi dengan tanggung jawab dan kesadaran akan dampak dari tindakannya.

Penting bagi mahasiswa untuk mengambil tanggung jawab pribadi dalam memilih pergaulan yang positif dan sehat, memperhatikan batasan diri, dan menjaga keseimbangan antara kehidupan sosial dan akademik. Dukungan dari lembaga pendidikan, keluarga, dan teman-teman dekat, juga dapat membantu mahasiswa menghadapi tantangan dan membuat keputusan yang bijaksana dalam pergaulan mereka. 

Dampak Pergaulan Bebas di Dunia Perkuliahan

Pergaulan bebas di lingkup mahasiswa memiliki dampak yang serius bagi kesehatan mental mahasiswa antara lain: terjadinya gangguan kecemasan atau anxiety disorder, hilangnya kontrol diri, sampai kehamilan di luar nikah yang mempengaruhi kesehatan fisiologis mahasiswa tersebut yakni terjangkitnya penyakit AIDS dan melahirkan anak yang stunting.

Masalah Kesehatan mental mahasiswa terjadi karena beberapa faktor yaitu, tekanan akademik, perubahan lingkungan, isolasi sosial dan ketidakmampuan mahasiwa dalam mengontrol diri. Dampak yang paling sering dijumpai pada realitanya yaitu, pergaulan bebas yang  meyebabkan seks pranikah dan berujung pernikahan dini. Nadhira (2018:313).

Martin & Newman et all, (dalam S.Syarif,2019:39) menjelaskan anxiety disorder atau gangguan kecemasan merupakan gangguan kesehatan mental yang umum terjadi. Gangguan kecemasan ini biasanya dikaitkan dengan perasaan takut, gugup, gelisah, panik, hingga melibatkan kesehatan sistem kardiovaskuler, pernapasan, pencernaan, maupun sistem saraf. Selain  itu, gangguan kecemasan telah ditemukan sebagai gangguan kesehatan mental yang berkaitan dengan gejala depresi dan stress.

Gangguan kecemasan juga dapat dicirikan dengan kecemasan atau kekhawatiran berlebihan pada beberapa aktivitas seperti performa dalam melakukan  pekerjaan yang sulit dikendalikan oleh seorang individu. Beberapa gejala yang dapat ditemukan yaitu merasa gelisah, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, pikiran kosong, mudah marah, menegangnya otot, dan kesulitan untuk tidur.

Penderita gangguan kecemasan biasanya mengalami kekhawatiran berlebihan hingga enam bulan lamanya pada kegiatannya sehari-hari. Gangguan kecemasan pada mahasiswa dipengaruhi oleh cara mahasiswa tersebut berinteraksi sosial, apabila mereka mendapat tekanan maka akan memicu kecemasan yang berlebihan dan hilangnya kontrol diri.

Menurut Banun (dalam M.Yundelfa, & R.Nurhaliza,2019:129) seks pranikah adalah hubungan seksual yang dilakukan tanpa menikah dan sering berganti pasangan. Seks pranikah atau dalam bahasa populernya disebut extramarital intercouse atau kinky-seks merupakan bentuk pembebasan seks yang dipandang tidak wajar oleh agama dan negara.

Ironisnya perilaku itu nyatanya cenderung disukai oleh anak muda, terutama kalangan remaja yang secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan.

Hubungan  seks pranikah terjadi akibat dari gagalnya sistem kontrol diri terhadap pengaruh eksternal serta dorongan dalam diri, atau dapat dikatakan lemahnya pengendalian diri seseorang terhadap rangsangan-rangsangan di sekitarnya sehingga mendorongnya untuk melakukan perbuatan yang menyimpang.

Kesadaran akan pentingnya kontrol diri perlu dibangun agar mahasiswa mampu menahan diri agar tidak melakukan tindak perilaku seksual pranikah karena tindakan tersebut tidak hanya merugikan dirinya akan tetapi juga merugikan keluarga dan lingkungan masyarakat.

Pergaulan bebas mahasiswa dapat memiliki dampak yang beragam, tidak selalu memberikan dampak negatif tetapi juga dapat memberikan dampak positif di antaranya pertumbuhan pribadi mahasiswa dalam keterampilan sosial dan menjalin jaringan sosial.

Pergaulan bebas dapat membantu mahasiswa mengembangkan keterampilan sosial, memperluas wawasan, dan meningkatkan pemahaman mereka tentang dunia. Hal tersebut dapat menghasilkan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kepercayaan diri, dan membantu dalam membentuk identitas diri.

Melalui pergaulan bebas, mahasiswa dapat belajar berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagai latar belakang, mengembangkan keterampilan interpersonal, dan memahami dinamika sosial yang akan bermanfaat dalam kehidupan profesional mereka di masa depan. Pergaulan bebas dapat membantu mahasiswa membangun jaringan sosial yang luas dan diversifikasi. mengenal orang-orang dengan minat dan latar belakang yang berbeda dapat memberikan peluang baru dalam karier, kolaborasi, dan pertemanan.

Isu Kesehatan Mental Mahasiswa

Sikap ketergantungan atau konformitas yang kerap terjadi di lingkup mahasiswa dapat memberikan pengaruh buruk terhadap pergaulan yang dimiliki oleh mahasiswa tersebut. Hal ini dipengaruhi oleh ketidakpuasan atau tidak tercapainya keinginan (hasrat) mahasiswa yang dapat memicu terjadinya pergaulan bebas karena kurangnya kontrol diri dan regulasi emosi.

Faktor utama yang menyebabkan mahasiswa akhrinya mengalami gangguan kecemasan (anxiety disorder), depresi, dan yang paling fatal adalah bunuh diri.

Dewasa ini mahasiswa kerap kali dekat dengan istilah stress atau depresi. Hal tersebut ditunjang oleh masalah-masalah yang terjadi di dunia perkuliahan seperti masalah pertemanan, masalah akademik maupun masalah interpersonal pada mahasiswa tersebut. Hal tersebut dapat mempengaruhi mahasiswa secara positif maupun negatif.

Akan tetapi, masih banyak mahasiswa yang tidak menyadari dampak positif dan negatif yang ditimbulkan dari masalah-masalah tersebut sehingga mereka lupa akan kesehatan mental mereka karena hanya berfokus pada tugas, organisasi, jadwal kuliah, serta tuntutan-tuntutan yang diterima dari orang-orang di sekitarnya.

Hoban (dalam Kurniawan et all, 2022:116) menjelaskan bahwa depresi adalah gangguan mental yang ditandai dengan munculnya perasaan sedih dan cemas. Mahasiswa rentan mengalami depresi, berdasarkan hasil riset sebelumnya menunjukan prevalensi terjadinya depresi pada mahasiswa cukup tinggi yakni sekitar 33%, selain itu pada penelitian lainnya dilaporkan bahwa 43% mahasiswa mengalami gejala depresi yang mengganggu proses pembelajaran, sehingga hal tersebut berdampak negatif pada kinerja akademis mahasiswa juga memberikan dampak besar bagi masalah mental dan emosional mahasiswa. Faktor awal terjadinya depresi pada mahasiswa adalah tingkat stress yang berlebih.

Depresi pada mahasiswa adalah masalah yang serius dan dapat mempengaruhi kesejahteraan mereka secara menyeluruh. Mahasiswa yang mengalami depresi mungkin mengalami beberapa gejala seperti perasaan sedih yang mendalam dan menetap, kehilangan minat atau kegairahan dalam aktivitas yang sebelumnya disenangi.

Perubahan nafsu makan dan pola tidur, kelelahan yang berlebihan, perasaan tidak berharga atau bersalah yang berlebihan, kesulitan berkonsentrasi, pikiran tentang kematian atau bunuh diri, perubahan berat badan, dan perasaan tidak berdaya.

Depresi tidak secara langsung disebabkan oleh pergaulan bebas. Namun, pergaulan bebas yang tidak sehat atau berlebihan dapat menjadi faktor risiko atau memperburuk kondisi depresi seseorang. Pergaulan bebas yang tidak sehat dapat berkontribusi terhadap depresi di antaranya penyalahgunaan obat-obatan terlarang, isolasi sosial, dan regulasi emosi yang buruk. 

Masalah paling fatal pada isu kesehatan mental mahasiswa adalah tingginya kasus bunuh diri yang terjadi di Indonesia saat ini. Kasus bunuh diri di kalangan mahasiswa di Indonesia merupakan isu serius yang memerlukan perhatian dan upaya pencegahan yang komprehensif.

Menurut data INASP (Indonesian Association for Suicide Prevention) jumlah kasus bunuh diri resmi tahun 2020 adalah sebesar 670 kasus dan tingkat underreporting bunuh diri di Indonesia minimal 303% (rata-rata dunia yang dilaporkan adalah 0-50%), kematian bunuh diri yang disesuaikan 2020 adalah sebesar 2700 kasus. Dimana dari beberapa kasus bunuh diri tersebut salah satu faktor penyebabnya adalah gangguan mental yang dialami. Faktor-faktor lainnya seperti genetik, neurobiologis ,dan faktor psikologis lainnya.

Solusi Permasalahan Isu Kesehatan Mental Mahasiswa

Solusi dalam menghadapi permasalahan kesehatan mental yang kian merebak di Indonesia perlu dilakukan. Terdapat beberapa strategi hingga solusi yang dapat ditawarkan untuk menekan angka kasus kesehatan mental yang terjadi di Indonesia saat ini. Solusi dan upaya yang dapat dilakukan antara lain; meningkatkan kesadaran diri (self awareness), memperkuat edukasi, dan memilih lingkungan pergaulan yang tidak merugikan diri sendiri. 

Gabriel et all (2022:3) menyebutkan bahwa self-awareness dapat membantu seseorang dalam menghadapi depresi yang mungkin atau sudah dirasakan, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas hidup seseorang sejalan dengan menurunnya tingkat depresi-depresi pada mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor, seperti stres. Self-awareness atau kesadaran diri adalah kemampuan individu untuk mengenali dan memahami pikiran, perasaan, dan tindakan,melalui self-awareness mahasiswa dapat mengenali dan memahami emosi mereka dengan lebih baik.

Self-awareness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan mental mahasiswa. Misalkan saja dengan mengetahui dan memahami perasaan yang dirasakan, mahasiswa dapat mengelola emosi negatif dengan lebih efektif, seperti stres, kecemasan, atau kesedihan.

Hal ini memungkinkan mereka untuk mencari cara yang lebih sehat dan adaptif dalam menangani emosi tersebut. Self-awareness membantu mahasiswa memahami bagaimana cara  berinteraksi dengan orang lain dan bagaimana perilaku yang dilakukan mempengaruhi hubungan interpersonal.

Dengan memahami kelebihan dan kekurangan, mahasiswa dapat mengembangkan keterampilan komunikasi yang lebih baik, mengelola konflik dengan lebih baik, dan membangun hubungan yang lebih sehat dengan teman, keluarga, dan rekan studi.

Self-awareness adalah keterampilan yang dapat dikembangkan dan ditingkatkan. Mahasiswa dapat melibatkan diri dalam refleksi diri, meditasi, jurnal tulisan, atau membuka diri terhadap umpan balik dari orang-orang terdekat untuk meningkatkan tingkat self-awareness dan mendukung kesehatan mental.

Rudianto,Z.N. (2022:64) menyebutkan bahwa edukasi kesehatan mental bagi mahasiswa sangat penting karena dapat memberikan dampak positif yang signifikan. Edukasi kesehatan mental dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman mahasiswa tentang masalah kesehatan mental.

Hal ini membantu mahasiswa mengenali tanda-tanda dan gejala gangguan mental, memahami faktor risiko, serta mengetahui bahwa kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik. Edukasi kesehatan mental memungkinkan mahasiswa untuk mempelajari strategi pencegahan yang efektif.

Dengan memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan mental, seperti stres, tekanan akademik, atau perubahan lingkungan, mahasiswa dapat mengambil tindakan yang tepat sebelum masalah berkembang menjadi lebih serius, edukasi juga membantu dalam mengenali tanda-tanda awal gangguan mental sehingga intervensi dini dapat dilakukan.

Edukasi kesehatan mental memberikan pengetahuan dan keterampilan praktis dalam mengelola stres, meningkatkan resiliensi,dan membangun koping yang sehat yang dapat membantu mahasiswa menghadapi tantangan dengan lebih baik dan mengurangi resiko gangguan mental.

baca juga: Kenakakan Remaja adalah Penyakit bagi Generasi Muda

Memilih lingkungan pergaulan yang positif dan sehat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesehatan mental mahasiswa. lingkungan pergaulan yang positif dan sehat menyediakan dukungan emosional bagi mahasiswa.

Teman-teman yang peduli, mendengarkan, dan memahami dapat menjadi sumber dukungan yang penting dalam mengatasi stress, tekanan, atau masalah emosional. Dukungan emosional ini membantu mengurangi tingkat kesepian, meningkatkan rasa keterikatan, dan memberikan perasaan keamanan.

Lingkungan pergaulan yang positif dan sehat mendorong penerimaan dan inklusi. Mahasiswa merasa diterima dan dihargai sebagaimana adanya, tanpa tekanan untuk berubah atau menyesuaikan diri dengan standar yang tidak realistik.

lingkungan inklusi juga menghargai keberagaman,sehingga mahasiswa merasa nyaman dalam mengungkapkan identitas, nilai-nilai, dan minat pribadi mereka. Lingkungan pergaulan yang positif dan sehat mendorong kolaborasi dan dukungan akademik.

Mahasiswa dapat berbagi pengetahuan, sumber daya, dan pengalaman dengan teman sebaya yang dapat membantu satu sama lain  memahami materi kuliah , memecahkan masalah akademik, dan memotivasi satu sama lain untuk mencapai tujuan akademik. kolaborasi semacam ini dapat mengurangi tekanan dan meningkatkan performa akademik. 

Kesimpulan 

Dapat disimpulkan bahwa pergaulan bebas memiliki pengaruh yang kompleks terhadap kesehatan mental mahasiswa. Dampak pergaulan bebas sendiri dapat memberikan pengaruh negatif dan juga implikasi positif tergatung pada konteks dan individu mahasiswa tersebut.

Dampak negatif yang sering kita temui seperti anxiety disorder atau gangguan kecemasan sebagai faktor utama penyebab stres, seks pranikah, dan juga hilangnya kontrol diri pada mahasiswa yang mengakibatkan rendahnya regulasi diri.

Gangguan kecemasan yang biasanya terjadi di kalangan mahasiswa disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut diantaranya: tekanan dan stress akadmik, ketidakmampuan mahasiswa untuk bersosialisasi dengan lingkungan baru, dan tekanan konformitas di lingkup perkuliahan.

Gangguan mental yang terjadi pada mahasiswa mengakibatkan maraknya kasus-kasus kesehatan mental yang terjadi seperti depresi, anxiety, hingga bunuh diri.

Fenomen isu kesehatan mental yang terjadi perlu adanya Upaya solusi untuk menghadapinya. Terdapat beberapa upaya yang bisa dilakukan yaitu dengan meningkatkan kesadaran diri (self-awareness) pada mahasiswa, memperkuat edukasi mengenai kesehatan mental, dan memilih lingkungan yang baik dan sehat.

Selain itu, dengan menciptakan lingkungan yang mendukung dan memperkuat keterlibatan sosial, mahasiswa dapat merasa didukung, diterima, dan mampu mengatasi tantangan pergaulan bebas dengan cara yang lebih sehat dan adaptif.

Oleh: Triana Agustin, Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang

Daftar Pustaka 

Cahyani, N. K. S., Satriani, N. L. A., & Sagitarini, P. N. (2021). Gambaran Kesehatan Mental Mahasiswa Tingkat Akhir Prodi Sarjana Keperawatan ITEKES Bali pada Masa Pandemi Covid-19.

Degeng, D. (2022). Peningkatan Mental Health dan Well-Being bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris FIB-UB pada Masa Pandemi Covid-19. GRAMASWARA, 2(2), 1-12.

Dewi, A. K. (2019). Hubungan Kontrol Diri dengan Perilaku Seksual Pranikah pada Pahasiswa Universitas Negeri Semarang. Developmental and Clinical Psychology, 3(1).

Farah, M., Suharsono, Y., & Prasetyaningrum, S. (2019). Konsep Diri dengan Regulasi Diri dalam Belajar pada Siswa SMA. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 7(2), 171-183.

Farida, F. (2019). Pergaulan Bebas dan Hamil Pranikah. Analisa: Journal of Social Science and Religion, 16(1), 136-138.

Gabrielle, S., Aiyub, A., & Novitayani, S. (2022).Hubungan Self-awareness dengan Tingkat Depresi pada Mahasiswa Keperawatan. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 6(1).

Hayat, A. (2020). Kecemasan dan Metode Pengendaliannya. Khazanah: Jurnal Studi Islam Dan Humaniora, 12(1).

Kurniawan,K, et all (2022). Gambaran Tingkat Depresi pada Mahasiswa di Masa Pandemi: Narrative Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 5(1), 115-126.

Lukman, A. D. R. S. (2020). Remaja dalam Pergaulan Bebas Dilihat dari Perspektif Teori Bunuh Diri (Suicide).

Mardhiyah, S. A. (2019). Inisiasi Mental Health Awareness melalui Screening dan Promosi Kesehatan Mental pada Mahasiswa Universitas Sriwijaya. Jurnal Pengabdian Sriwijaya, 7(4), 906-914.

Nadirah, S. (2018). Peranan Pendidikan dalam Menghindari Pergaulan Bebas Anak Usia Remaja. Musawa: Journal for Gender Studies, 9(2), 309-351.

Prasetyo, A. E. (2021). Edukasi Mental Health Awareness sebagai Upaya untuk Merawat Kesehatan Mental Remaja di Masa Pandemi. JE (Journal of Empowerment), 2(2), 261-269.

Rachmah, D. N. (2018). Regulasi Diri dalam Belajar pada Mahasiswa yang Memiliki Peran Banyak. Jurnal psikologi, 42(1), 61-77.

Rochimah, F. A. (2020). Dampak Kuliah Daring rerhadap Kesehatan Mental Mahasiswa di Tinjau dari Aspek Psikologi.

Rofii, A, et all  (2021). Penyuluhan Tentang Bahaya Pergaulan Bebas dan Bijak Bermedia Sosial. Bernas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(4), 825-832.

Rudianto, Z. N. (2022).Pengaruh Literasi Kesehatan terhadap Kesadaran Kesehatan Mental Generasi Z di Masa Pandemi. Jurnal Pendidikan Kesehatan, 11(1), 57-72.

Yundelfa, M., & Nurhaliza, R. (2019). Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja tentang Seksual Pranikah. Babul Ilmi Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan, 11(1).

Redaksi
Redaksi

Mari narasikan pikiran-pikiran anda via website kami!

Related posts

Leave a Comment